Pba.umsida.ac.id – Di tengah kemajuan teknologi yang kian pesat, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) menunjukkan antusiasme tinggi terhadap pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam pembelajaran Bahasa Arab. Hal ini terungkap dalam hasil riset terbaru yang dilakukan oleh Aunur Shabur Maajid Amadi dan Khizanatul Hikmah, dosen PBA Umsida, yang mengeksplorasi persepsi mahasiswa terhadap penggunaan AI dalam proses belajar-mengajar.
Baca Juga: Pengaruh Media Sosial terhadap Pembelajaran Bahasa Arab Mahasiswa: Perspektif PBA Umsida
Melalui pendekatan kualitatif deskriptif, riset ini menggali bagaimana mahasiswa memaknai kehadiran AI, seperti ChatGPT, dalam mendukung pemahaman linguistik Arab, khususnya dalam aspek pelafalan, penerjemahan, dan penyusunan tugas akademik.
AI Sebagai Alat Bantu Belajar PBA: Efektif, Cepat, dan Personal
Mayoritas mahasiswa PBA Umsida memandang AI sebagai alat bantu belajar yang sangat efektif. Teknologi ini memungkinkan mereka mengakses materi kapan saja, menyusun gagasan, menerjemahkan teks Arab, hingga memperbaiki pelafalan secara lebih tepat. ChatGPT menjadi salah satu platform yang paling banyak digunakan karena kemampuannya menjawab pertanyaan kompleks dan membantu dalam memahami kaidah bahasa Arab secara kontekstual.
“ChatGPT membantu saya menyusun ide dan memberikan penjelasan mendalam terhadap teks Arab yang sulit dimengerti,” ujar salah satu narasumber dalam penelitian tersebut.
Mahasiswa juga memanfaatkan AI lain seperti Prezi AI untuk pembuatan presentasi interaktif, serta Meta AI dan Claude AI untuk menelusuri referensi dan ringkasan akademik. Kehadiran teknologi ini mendorong proses belajar yang lebih fleksibel dan mandiri, terutama di luar jam kuliah formal.
Tetap Butuh Dosen: AI Tak Gantikan Peran Manusia
Meskipun teknologi AI terbukti memberikan banyak kemudahan, mahasiswa PBA tetap menyadari bahwa AI tidak dapat menggantikan peran dosen. Pemahaman gramatikal yang mendalam, konteks teks klasik, serta nilai-nilai budaya dan keagamaan yang terkandung dalam bahasa Arab masih memerlukan arahan langsung dari pendidik.
AI, menurut mereka, cenderung terbatas dalam menyampaikan makna yang kompleks, terutama dalam teks Arab klasik atau kalimat bernuansa agama. Oleh sebab itu, validasi terhadap hasil yang diberikan oleh AI menjadi hal penting dalam memastikan akurasi informasi.
“Dalam penerjemahan hadits atau ayat, AI sering tidak tepat konteksnya. Perlu bimbingan dosen dan referensi akademik agar hasil belajarnya sahih,” jelas narasumber lainnya.
Pendekatan ideal menurut hasil penelitian ini adalah integrasi seimbang antara teknologi dan bimbingan manusia. AI sebaiknya dilihat sebagai alat bantu, bukan pengganti guru.
Implikasi dan Tantangan: Literasi Digital Jadi Kunci Sukses
Penelitian ini juga menyoroti beberapa tantangan penting yang dihadapi mahasiswa, antara lain akurasi output AI dan potensi ketergantungan. AI belum mampu sepenuhnya memahami konteks keagamaan dan struktur gramatikal khas Bahasa Arab, sehingga penggunaannya harus disertai sikap kritis dan kemampuan literasi digital yang baik.
Selain itu, pemanfaatan AI dalam pembelajaran Bahasa Arab memerlukan dukungan institusional berupa pelatihan dan kebijakan etis. Kampus diharapkan memberikan akses terhadap teknologi AI yang relevan, serta membekali mahasiswa dan dosen dengan pelatihan penggunaan yang bertanggung jawab.
“Dengan pelatihan berkala, mahasiswa tidak hanya menjadi pengguna pasif, tapi juga bisa memanfaatkan AI secara kreatif dan selektif dalam menunjang pembelajaran,” tegas tim peneliti.
Baca Juga: Mengaji Sebelum Bekerja dan Sholat Berjamaah, FAI Umsida Dukung Program Penguatan Kehidupan Islami
Hasil studi ini memperkuat posisi teknologi sebagai instrumen pendukung pembelajaran yang berdaya guna tinggi. Namun untuk memaksimalkan manfaatnya, diperlukan keseimbangan antara inovasi digital dan pendekatan pedagogis yang humanis.
Penulis: AHW