Pba.umsida.ac.id – Kamus Indonesia-Arab karya Mahmud Yunus terus menjadi salah satu referensi utama dalam pembelajaran bahasa Arab di Indonesia, khususnya di kalangan pelajar dan akademisi yang mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa asing.
Baca Juga: Upgrading HIMA PBA 2024–2025, Menyatukan Visi, Membangun Sinergi dalam Satu Harmoni
Kamus ini telah digunakan secara luas di lembaga pendidikan Islam dan madrasah sejak pertama kali diterbitkan. Keunggulannya tidak hanya terletak pada isi, tetapi juga pada struktur penyusunan yang terancang secara sistematis dan aplikatif.
Mahasiswa dan dosen dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Hida Yatus Sholekhah dan Khizanatul Hikmah SS MPd, meneliti struktur kamus ini secara mendalam melalui artikel berjudul Menelusuri Kamus Indonesia-Arab Mahmud Yunus: Struktur dan Signifikansi yang terbit dalam Indonesian Journal of Islamic Studies Vol. 12 No. 4, November 2024. Artikel ini mengkaji kelengkapan struktur kamus Mahmud Yunus dengan merujuk pada teori Dr. Ali Al-Qasimy, seorang ahli leksikografi ternama dari dunia Arab.
Komponen Awal: Tujuan Penyusunan dan Sumber yang Kaya
Dalam bagian awal analisisnya, para peneliti mencatat bahwa kamus edisi ke-14 ini memiliki beberapa keunggulan yang sesuai dengan kriteria kamus ideal menurut Al-Qasimy. Pertama, tujuan penyusunan kamus sangat jelas, yaitu untuk membantu para pelajar dan masyarakat yang ingin mempelajari bahasa Arab, meskipun belum memiliki pemahaman mendalam tentang ilmu sharaf.
Selain itu, Mahmud Yunus menyusun kamus ini berdasarkan rujukan dari tiga belas sumber utama yang terdiri dari kamus-kamus Arab klasik, Arab-Melayu, dan bahkan Inggris-Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa kamus ini tidak hanya bersifat lokal, tetapi juga bersandar pada khazanah internasional.
Petunjuk penggunaan kamus, daftar singkatan baik dalam bahasa Arab maupun Indonesia, serta penjelasan simbol atau tanda baca juga turut dimasukkan sebagai bagian penting dalam bagian awal. Salah satu hal menarik adalah penyertaan gambar-gambar ilustratif untuk memperkuat pemahaman visual terhadap kosakata. Gambar-gambar ini mencakup benda-benda keseharian seperti alat tulis, alat dapur, hewan, buah-buahan, hingga alat musik.
Namun, meskipun sudah sangat lengkap dalam aspek struktur, satu kekurangan yang dicatat oleh peneliti adalah tidak adanya penjelasan tentang kaidah transliterasi. Padahal, transliterasi penting bagi pemula untuk memahami pelafalan kata Arab dalam aksara Latin.
Komponen Utama: Sistematis dan Penuh Muatan Linguistik
Bagian utama kamus ini menunjukkan kekayaan struktur leksikologis yang memadai. Kamus disusun dalam dua kolom dengan arah baca dari kanan ke kiri, khas penulisan Arab. Elemen-elemen fonetik ditampilkan dengan lengkap, termasuk tanda harakat seperti fathah, dhammah, kasrah, dan sukun, yang membantu pengguna memahami pengucapan kata dengan benar.
Dari sisi morfologi, kamus ini memuat berbagai bentuk tashrif dan wazan yang memudahkan pembaca dalam memahami perubahan kata dan maknanya. Unsur sintaksis (nahwu) pun dijelaskan secara ringkas, meskipun tidak ditampilkan dalam konteks gramatikal lengkap seperti subjek, predikat, atau objek. Selain itu, aspek semantik atau dalalah ditampilkan dengan baik dalam bentuk padanan makna dalam bahasa Indonesia.
Namun demikian, dua elemen penting yang absen dari bagian ini adalah contoh penggunaan kata dalam kalimat dan dalil atau syawahid sebagai bukti makna. Kedua aspek ini biasanya penting untuk memberi konteks penggunaan kata dalam teks nyata, seperti dalam Al-Qur’an, Hadis, atau sastra Arab.
Kendati demikian, informasi derivasi kata disajikan secara lengkap. Pengguna bisa memahami bagaimana suatu akar kata dapat menghasilkan berbagai bentuk turunan dengan makna berbeda.
Komponen Akhir: Visual Kuat Namun Minim Identitas Penyusun (Mahmud Yunus)
Bagian akhir dari kamus ini didominasi oleh lampiran-lampiran visual berupa gambar-gambar. Lampiran ini menjadi nilai tambah karena membantu pengguna memahami kata secara visual, terutama bagi pembelajar tingkat pemula. Namun sayangnya, dalam bagian akhir ini tidak ditemukan keberadaan tabel, peta, atau kronologi sejarah penyusunan kamus. Bahkan, informasi biografis mengenai penyusun kamus – Mahmud Yunus sendiri – tidak dicantumkan secara eksplisit di dalam kamus.
Padahal, informasi ini penting sebagai bentuk apresiasi intelektual dan juga sebagai sumber rujukan bagi penelitian lebih lanjut. Absennya informasi tersebut menjadi satu-satunya catatan penting yang bisa diperbaiki pada edisi-edisi kamus berikutnya.
Baca Juga: Festival MATHLA’ HIMA PBA Umsida Dorong Mahasiswa Jadi Pendidik Bahasa Arab yang Inspiratif
Melalui hasil kajian struktur tersebut, Hida Yatus Sholekhah dan Khizanatul Hikmah menyimpulkan bahwa Kamus Indonesia-Arab Mahmud Yunus dapat dikategorikan sebagai kamus yang ideal untuk pembelajaran bahasa Arab. Dari total 27 kriteria komponen kamus ideal menurut Ali Al-Qasimy, kamus Mahmud Yunus memenuhi 17 di antaranya. Ini menunjukkan bahwa meskipun masih terdapat beberapa kekurangan minor, struktur kamus ini secara keseluruhan mampu menjadi media bantu belajar yang efektif dan efisien.
Kamus ini layak dijadikan referensi utama di lembaga pendidikan berbasis bahasa Arab, termasuk di lingkungan Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Diharapkan, hasil studi ini juga dapat menjadi bahan evaluasi dan pengembangan bagi penyusunan kamus-kamus serupa di masa mendatang.