Pba.umsida.ac.id – Muhammad Abdurrasheed Almarruf, mahasiswa semester 1 Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Fakultas Agama Islam (FAI) Umsida, meraih medali perunggu pada kategori sparring kelas umum atau senior dalam sebuah kejuaraan taekwondo yang digelar di stadion, setelah menjalani latihan rutin dan menyiapkan mental tanding sejak jauh hari.
Baca Juga: Raker HIMA PBA FAI Umsida, Menyusun Strategi Menuju PBA Produktif 2026
Keberhasilan ini menegaskan bahwa mahasiswa PBA tidak hanya berfokus pada capaian akademik dan penguatan kompetensi bahasa Arab, tetapi juga mampu mengembangkan diri lewat bidang non-akademik yang menuntut disiplin tinggi. Bagi Rasheed, pengalaman bertanding sekaligus menjadi ruang belajar tentang keberanian, konsistensi, dan manajemen waktu, nilai yang relevan untuk perjalanan studi di PBA.
Laga Perdana di Kelas Senior Tantangan Datang Sejak Awal
Rasheed mengisahkan bahwa rangkaian kegiatan pertandingan berlangsung dari pagi hingga sore. Ia mengikuti alur acara, memantau suasana arena, dan menyiapkan tubuh serta fokus sebelum jadwal tandingnya tiba. Menjelang pertandingan, ia dan tim sempat melakukan latihan ringan di sekitar area stadion sebagai bagian dari pemanasan dan penyesuaian ritme.
Ketika namanya dipanggil untuk bertanding, ia langsung menilai profil lawan. Rasheed menyebut lawan yang dihadapi memiliki postur lebih tinggi dan bobot lebih berat sekitar enam kilogram, serta terlihat lebih berpengalaman. Situasi ini membuat pertarungan menjadi ujian serius, apalagi karena ia turun di laga perdananya pada kategori sparring kelas umum atau senior.
Meski demikian, Rasheed memilih menempatkan fokus pada kesiapan mental. Ia menegaskan bahwa baginya, keberanian untuk tampil adalah kunci utama, terutama pada pengalaman pertama. “Menang kalah itu urusan belakang, yang penting saya berani,” tuturnya.
Ia menyadari bahwa menghadapi lawan yang lebih matang menuntut konsentrasi yang stabil. Rasheed harus menjaga stamina, membaca pola serangan, dan mengontrol emosi agar tidak terpancing tekanan pertandingan. Pengalaman tersebut menjadi pelajaran praktis bahwa kompetisi bukan sekadar adu kekuatan, melainkan juga adu ketenangan dan keputusan cepat di arena.
Latihan Rutin dan Mental Tanding Jadi Modal Utama
Di balik medali perunggu yang diraih, Rasheed menekankan bahwa persiapan dilakukan melalui latihan teknik dan sparring pada jadwal tertentu untuk membangun daya tahan fisik serta kepekaan terhadap ritme pertandingan. Namun, ia menilai latihan saja tidak cukup tanpa kesiapan mental yang terarah.
Ia menyebut upaya menjaga fokus, membangun kepercayaan diri, dan membiasakan diri untuk berdoa sebelum bertanding sebagai bagian dari rutinitas persiapan. Menurutnya, ketenangan batin membantu mengurangi rasa gugup, terutama ketika harus menghadapi lawan dengan keunggulan fisik dan pengalaman.
Dalam konteks mahasiswa PBA, pengalaman ini juga memperlihatkan bahwa disiplin latihan memiliki pola yang mirip dengan proses belajar bahasa: hasil tidak didapat secara instan. Ada proses panjang yang menuntut konsistensi—mulai dari mengulang teknik, membangun kebiasaan, sampai menghadapi tantangan di lapangan. Rasheed sendiri memandang prinsip “hasil tidaklah instan” sebagai pegangan yang sejalan dengan perjalanan akademiknya.
Ke depan, Rasheed menyatakan ingin meningkatkan capaian hingga meraih medali emas pada kejuaraan berikutnya. Target tersebut bukan semata soal penghargaan, tetapi juga bukti bahwa proses latihan yang berkelanjutan akan berdampak pada peningkatan performa.
Menjaga Ritme Kuliah dan Prestasi Pesan Rasheed untuk Mahasiswa PBA
Rasheed mengakui bahwa tantangan terbesar justru muncul ketika harus membagi waktu antara latihan dan kewajiban perkuliahan. Jadwal latihan yang padat kerap bersinggungan dengan tugas akademik, sehingga ia menekankan pentingnya manajemen waktu yang rapi agar keduanya tetap berjalan seimbang.
Dalam prosesnya, ada momen kelelahan fisik dan mental. Namun ia berusaha memulihkan kondisi secara bertahap, sambil menjaga komitmen untuk tidak mengorbankan salah satu tanggung jawab. Bagi Rasheed, konsistensi bukan berarti selalu nyaman, melainkan kemampuan untuk bertahan dan tetap bergerak meski menghadapi tekanan.
Ia juga menyampaikan bahwa dukungan dari berbagai pihak menjadi penguat selama menjalani persiapan dan pertandingan. Rasheed menyebut keluarga sebagai sumber dorongan utama, disertai pelatih dan tim yang terus menguatkan. Di sisi lain, ia menyinggung bahwa kampus turut memfasilitasi, memberi izin, serta memberikan apresiasi atas capaian yang diraih.
Menutup keterangannya, Rasheed menyampaikan ajakan bagi mahasiswa PBA untuk berani berkembang di luar kelas tanpa meninggalkan komitmen akademik. “Jangan takut berprestasi di luar akademik. Selama kita bisa mengatur waktu, disiplin, dan konsisten, kuliah dan prestasi bisa berjalan beriringan,” ujarnya.
Baca Juga: Arabic Fun Expedition Ajak Pelajar Isi Liburan Dengan Praktik Bahasa Arab Bersama PBA Umsida
Prestasi ini menjadi pengingat bahwa mahasiswa PBA Umsida memiliki ruang luas untuk bertumbuh. Penguatan kompetensi bahasa Arab tetap menjadi prioritas utama, tetapi karakter unggul seperti disiplin, ketangguhan, dan keberanian juga dapat dibentuk melalui pengalaman kompetitif, termasuk di arena olahraga.
Penulis: Akhmad Hasbul Wafi

















